Trend Bapak Rumah Tangga dan Penyebabnya

TREND BAPAK RUMAH TANGGA DAN PENYEBABNYA

Dampak dari semakin banyaknya perempuan menjadi penopang utama ekonomi keluarga memunculkan istilah 'bapak rumah tangga'. Yaitu seorang bapak yang banyak meluangkan waktu atau bertanggung jawab sepenuhnya terhadap urusan domestik dan pengasuhan dalam keluarga. Para bapak rumah tangga ini biasanya berpenghasilan lebih sedikit dari istri atau bahkan tidak berpenghasilan sama sekali.

Perubahan sosial yang terjadi ini jika tidak ada solusi yang komphehensif, akan dapat mengancam ketahanan keluarga semakin, dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadapkondisi masyarakat Indonesia semakin tidak baik. Untuk merencanakan program yang dapat menyelesaikan masalah ini dengan tepat, maka diperlukan data yang akurat terkait dengan trend bapak rumah tangga, bagaimana perasaan mereka dan anggota keluarganya, serta pendapat pemerintah, tokoh agama dan masyarakat.

Argumen di atas merupakan pokok-pokok pikiran yang dijadikan dasar oleh Tim Peneliti Sikap Pemerintah, Tokoh Agama, dan Masyarakat terhadap Trend Bapak Rumah Tangga di Indonesia. Penelitian ini merupakan kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dua Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, yaitu UIN Sunan Kalijaga dan IAIN Ponorogo. Hasil penelitian ini didiskusikan dalam Focus Group Discussion, yang dilaksanakan pada hari Jumat, 8 Oktober 2021, mulai pukul 08.00-11.00 WIB, bertempat di Ruang Teatrikal Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dalam FGD ini, Yasin Baidi, mahasiswa Prodi S3 Ilmu Syariah, yang juga Kaprodi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum menjadi salah satu narasumber. Dalam penjelasannya, Yasin Baidi memaparkan tentang faktor-faktor yang menyebabkan munculnya fenomena Bapak Rumah Tangga. Faktor-faktor tersebut adalah:pertama,meningkatnya kesadaran kaum laki-laki (suami) bahwa kehidupan dalam rumah tangga adalah tanggung jawab bersama antara suami dan isteri.Kedua,meningkatnya tingkat dan kualitas pendidikan suami dan istri, sehingga berkontribusi pada peningkatan pemahaman tentang hak dan kewajiban suami isteri.Ketiga, mulai bergesernya pemahaman dan kesadaran tentang adagium bahwa isteri itu "wanito" ([kudu] wani ditoto) menjadi "garwo" (sigaraning nyowo). Hal ini berdampak pada munculnya kesadaran bahwa segala sisi perikehidupan dalam rumah tangga menjadi tanggung jawab bersama, seperti: suka duka bersama, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, dan sebagainya.Keempat,secara relijius, ada kemungkinan mulai banyaknya didengungkan bahwa makna "qawwaam" (الرجال قوامون على النساء) tidak lagi berarti "pemimpin rumah tangga " tetapi "penanggung jawab rumah tangga".

Faktor-faktor inilah yang memiliki kontribusi terhadap munculnya trend Bapak Rumah Tangga dalam masyarakat Indonesia. Fenomena banyaknya perempuan (isteri) yang bekerja dan memiliki penghasilan ekonomi yang lebih besar daripada suami pada satu sisi dapat memicu terjadinya konflik dalam rumah tangga dan berakumulasi pada pengajuan perceraian. Pada sisi yang lain, meningkatnya kesibukan isteri di luar rumah, menyebabkan banyaknya suami (bapak) yang banyak meluangkan waktu atau bertanggung jawab sepenuhnya dalam urusan domestic dan pengasuhan dalam keluarga.

Liputan Terpopuler